
https://www.merdeka.com
Jakarta Timur Pos – Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan tanggapan atas usulan dari Komisi VIII DPR RI yang menyarankan pembentukan sertifikasi untuk juru dakwah. Usulan ini muncul setelah polemik yang melibatkan Gus Miftah, seorang penceramah terkenal, yang mengolok-olok seorang pedagang es teh dalam sesi ceramahnya di Magelang, Jawa Tengah. Insiden ini menimbulkan kehebohan di media sosial dan berakhir dengan pengunduran diri Miftah dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Prabowo menanggapi hal tersebut dengan bijak dan mengungkapkan bahwa ia akan mengundang masukan dari para ahli, termasuk ulama dan organisasi masyarakat (ormas) yang memiliki pemahaman mendalam terkait masalah dakwah. “Kami akan meminta pendapat dari mereka yang mengerti tentang masalah ini, seperti majelis ulama dan ormas-ormas keagamaan yang berkompeten,” ujar Prabowo dengan tegas di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Jumat (6/12). Prabowo menekankan pentingnya untuk mengambil keputusan yang hati-hati dan penuh pertimbangan.
Usulan sertifikasi ini datang dari Maman Imanulhaq, anggota Komisi VIII DPR RI, yang menilai bahwa polemik yang melibatkan Gus Miftah bisa dijadikan pelajaran penting. Maman mengungkapkan bahwa sertifikasi untuk para pendakwah akan memastikan mereka tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan ajaran agama, menghindari penyimpangan atau tindakan yang merugikan masyarakat. Ia berharap bahwa langkah ini bisa mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan dan meningkatkan kualitas dakwah di Indonesia.
Di sisi lain, Gus Miftah, yang menjadi pusat kontroversi ini, mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi Utusan Khusus Presiden pada hari yang sama. Dalam konferensi pers yang penuh emosi, Miftah mengungkapkan keputusan ini dengan penuh penyesalan. “Dengan penuh kerendahan hati, saya memutuskan untuk mundur dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,” kata Miftah sembari menahan air mata. Ia menyampaikan bahwa keputusan ini diambil sebagai bentuk rasa hormat dan tanggung jawab kepada Presiden Prabowo serta masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Miftah juga menegaskan bahwa pengunduran dirinya bukan berarti mengakhiri kontribusinya kepada negara, tetapi justru menjadi langkah awal untuk berperan lebih aktif dalam membangun bangsa. “Keputusan ini bukanlah langkah mundur, melainkan langkah baru untuk terus berkontribusi kepada negara,” ungkapnya. Dalam pernyataannya, Miftah juga mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Presiden Prabowo atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.
Kejadian ini menciptakan ruang bagi diskusi lebih lanjut mengenai etika dalam berdakwah dan pentingnya pengawasan terhadap para penceramah yang memiliki pengaruh besar terhadap publik. Usulan sertifikasi juru dakwah kini menjadi salah satu alternatif untuk memastikan kualitas dakwah yang sesuai dengan ajaran agama dan menghormati nilai-nilai sosial. Melalui sertifikasi ini, diharapkan bisa tercipta standar yang jelas dalam berdakwah, menjaga kualitas moral dan etika, serta mencegah kejadian serupa yang dapat merusak citra dakwah dan umat.
Tanggapan Prabowo terkait sertifikasi ini menunjukkan bahwa pemerintah serius mempertimbangkan langkah-langkah preventif untuk mencegah insiden yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap juru dakwah. Dengan melibatkan kalangan ulama dan ormas dalam proses pengambilan keputusan, Prabowo memastikan bahwa langkah ini diambil dengan pertimbangan yang matang dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan umat Islam di Indonesia.