![Tragedi Rangga: Pelajaran Berharga untuk Orang Tua Anak dengan Epilepsi](https://jaktimpos.com/wp-content/uploads/2024/10/image_bank_2024_10_26_094609.178-nasib-pilu-bocah-pengidap-epilepsi-di-purbalingga-ditemukan-tewas-di-kolam-ikan-1.webp)
https://www.merdeka.com/
Jaktim Pos – Tragedi yang dialami seorang bocah berusia 10 tahun di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki anak dengan epilepsi. Anak laki-laki yang kita sebut Rangga (bukan nama sebenarnya) ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di bekas kolam ikan di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, pada Kamis sore, 24 Oktober 2024.
Sukarmi, seorang warga desa berusia 51 tahun, adalah orang pertama yang menemukan Rangga saat ia mengapung di dalam kolam tersebut. Pada saat itu, Sukarmi sedang melintas di tepi kolam dan melihat Rangga bermain bersama teman-temannya di sekitar lokasi. “Korban ditemukan pertama kali oleh saksi yang melintas. Kondisi korban dalam keadaan tergeletak di bekas kolam ikan milik warga setempat,” ungkap Kapolsek Kutasari, Iptu Heru Riyanto.
Ketika Sukarmi kembali melintas di jalan yang sama, ia mendapati anak tersebut sudah tergeletak di dalam kolam. Tanpa ragu, Sukarmi langsung mengangkat Rangga dan memeriksa kondisinya. Sayangnya, Rangga sudah tidak sadarkan diri. Bersama dengan warga lainnya, ia segera membawa anak itu ke rumah sakit terdekat. Namun, meskipun telah mendapatkan perawatan, Rangga dinyatakan meninggal dunia. Petugas medis melaporkan bahwa Rangga meninggal pada pukul 15.30 WIB. “Korban sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi dalam perawatan dinyatakan meninggal dunia,” tambahnya.
Peristiwa tragis ini segera dilaporkan ke Polsek Kutasari, di mana petugas dari Polsek Kutasari dan Inafis Polres Purbalingga segera melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian. Setelah itu, pihak kepolisian meminta keterangan dari dokter yang memeriksa korban. Proses pemeriksaan berlangsung dengan cermat untuk memastikan penyebab kematian Rangga.
Setelah pemeriksaan selesai, jenazah korban diserahkan kepada keluarga untuk proses pemakaman. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan yang mengindikasikan adanya tindak pidana. Ditemukan bahwa kondisi korban menunjukkan bahwa ia meninggal dunia akibat tenggelam. “Diduga korban tercebur ke kolam karena penyakit epilepsinya kambuh. Kedalaman air di kolam tersebut mencapai 15 centimeter,” ungkap Iptu Heru.
Keluarga Rangga menjelaskan bahwa anak tersebut telah memiliki riwayat penyakit epilepsi sejak kecil. Bahkan, pada tanggal 8 Oktober 2024, Rangga masih menjalani pemeriksaan terkait penyakit tersebut di rumah sakit. Situasi ini menyoroti pentingnya pemantauan yang lebih ketat bagi anak-anak yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti epilepsi. Kejadian ini menekankan perlunya perhatian ekstra dari orang tua dan masyarakat sekitar untuk menghindari tragedi serupa.
Kematian Rangga adalah panggilan bagi orang tua untuk lebih waspada terhadap lingkungan di sekitar anak-anak mereka, terutama jika anak tersebut memiliki penyakit yang berpotensi membahayakan keselamatan mereka. Pendidikan tentang bagaimana mengelola kondisi kesehatan anak sangat penting, dan orang tua perlu dilengkapi dengan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda yang mungkin berisiko.
Kondisi mental dan emosional anak juga harus mendapatkan perhatian khusus. Anak-anak dengan epilepsi sering kali menghadapi stigma sosial dan perasaan terasing. Dengan memberikan dukungan yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk mengatasi tantangan ini.
Dalam situasi seperti ini, kerjasama antara orang tua, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan. Kesadaran akan risiko yang dihadapi anak-anak dengan penyakit tertentu harus ditingkatkan, sehingga tragedi seperti yang menimpa Rangga tidak terulang di masa mendatang. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak kita.