Jaktim Pos – Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi sebanyak 139 imigran etnis Rohingya yang terombang-ambing di sebuah kapal di perairan Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan, pada Kamis. Evakuasi dilakukan secara bertahap menggunakan kapal motor nelayan untuk membawa para imigran ke daratan dengan aman.
Ketua Satgas SAR Aceh Selatan, Zumardi Chaidir, menjelaskan bahwa proses evakuasi melibatkan beberapa tahap karena kapasitas kapal motor yang terbatas. Setiap kali perjalanan, kapal tersebut dapat mengangkut maksimal 26 orang. “Kami melakukan penjemputan secara bertahap sesuai dengan muatan kapal. Imigran yang dievakuasi terdiri dari anak-anak, serta wanita dan pria dewasa,” ujarnya.
Para imigran tersebut ditampung di gedung terminal Pelabuhan Penyeberang Labuhan Haji setelah tiba di daratan. Proses penyelamatan ini dimulai ketika kapal motor yang membawa imigran terombang-ambing di perairan Labuhan Haji sejak Jumat, 19 Oktober. Kapal tersebut terjebak di perairan yang berjarak sekitar empat mil dari daratan, karena masyarakat setempat tidak mengizinkan mereka untuk mendarat.
Awalnya, kapal yang mengangkut imigran etnis Rohingya tersebut membawa total 151 orang, terdiri dari 79 wanita dewasa, 13 laki-laki dewasa, dan 59 anak-anak di bawah usia sepuluh tahun. Namun, tidak semua imigran dapat dievakuasi sekaligus. Sebanyak 12 orang di antara mereka juga membutuhkan perhatian medis, sehingga dievakuasi lebih awal untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yuliddin Away, yang terletak di Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan.
Evakuasi ini menjadi sorotan karena menggambarkan kondisi sulit yang dihadapi oleh para imigran Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan dan penindasan di Myanmar. Meskipun mereka berusaha mencari tempat yang lebih aman, perjalanan yang berbahaya dan sering kali terjebak di laut adalah risiko yang harus mereka hadapi. Situasi ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh otoritas lokal dan tim SAR dalam menangani kedatangan para imigran ini, terutama terkait dengan reaksi masyarakat setempat dan kebijakan pemerintah mengenai penanganan imigran.
Ketua Satgas SAR menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memastikan keselamatan para imigran. Proses evakuasi dan penampungan di pelabuhan dilakukan dengan hati-hati agar para imigran merasa aman dan terlindungi. “Kami akan terus memantau kondisi mereka dan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa semua kebutuhan dasar mereka terpenuhi,” ungkap Zumardi.
Kisah para imigran Rohingya ini kembali mengingatkan kita akan situasi kemanusiaan yang mendesak di kawasan tersebut. Banyak dari mereka yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik, jauh dari ketakutan dan ancaman di negara asal mereka. Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sangat penting untuk memberikan mereka harapan dan kesempatan untuk memulai kehidupan baru.